Beberapa bulan yang lalu, gue sama mami gue pergi ke
negri jiran, malaysia. Dan ini adalah pertama kalinya gue bisa ke luar negri
tanpa ada halangan apapun. Mungkin keapesan gue untuk pergi ke luar negri sudah
ber-akhir. Akhirnya kutukan itu hilang muhhahahaha.*mati kau
lampir…muhahahaha.*
Tapi ternyata kutukan itu tidak sepenuhnya hilang. Gue ke
malaysia bertujuan untuk menemani mami gue untuk operasi di salah satu Negara
bagian di malaysia tepatnya Negara bagian malaka. Tidak jauh jika anda terbang
dari pekanbaru,riau. “ingat, jika anda terbang”. Jangan pakek pesawat ya
muhahaha.”
Mami gue, waktu itu sakit batu empedu. Jadi harus di
oprasi di malaka. Nah, tapi masalahnya gue sama mami gue. Cuma modal nekat.
Kami belum pernah ke malaysia sebelumnya. Kecuali papi gue, udah beberapa kali
ke malaysia. Untungnya ada teman mami gue yang nge-bantu untuk pengurusan
surat-suratnya.
Nah, sesampainya kami di bandara internasional malaysia.
Kami turun, dan dengan tampang culun. Gue noleh kanan noleh kiri. Tiba-tiba ada
penumpang lain yang Tanya. “Pak, ini tempat pengambilan bagasi dimana ya.” Dengan tampang meyakinkan gue ngejawab “maff,
pak saya juga baru pertama kali ke sini pak.” Dan bapak itu spontan ngejawab.
“oh, berarti sama-sama blank ya pak.” Jujur pada saat itu gue pengen bilang.
“nge-blank? Loe baru nge-blank gue dah eror.”
Akhirnya gue pakek kemampuan indra ke tujuh belas gue.
Yaitu, ngikutin orang dari belakang, pura-pura jadi keluarga orang tersebut.
Untungnya orang tersebutberjalan di jalan yang benar. Yaitu menuju ke tempat
pengambilan bagasi. Dan untungnya lagi. Gue ngak lupa untuk stempel imigrasi
dulu. “gue bangga loh, akhirnya gue punya passport sendiri. Muhahahah.”
Cobaan tidak berhenti sampai disitu saja. Loe tau kan,
kebiasaan mami-mami. Cari transportasi termurah. Meskipun mami gue belum pernah
ke malaysia. Mami gue nekat Tanya ke tempat penukaran uang. “pak, dimana tempat
naik bus.” Trus kata bapak-bapak yang jaga di bank tersebut “oh, you nak naik
bus station?” Dalam pikiran gue “you nak naik bus station.” Wah, beratnya hidup
kalau gue harus naek di atas stasiun bus. Bisa di angkut gue sama security di
bus station. Dikira ada TKW gila dari Indonesia. Trus gue Tanya ke mami gue.
Mi, kita harus naik ke atas stasiun bus ya? Kata mami gue “bukan Wel, maksud
bapak itu tadi. Apakah kita mau cari stasiun bus.” “Oh, Welly kira kita disuruh
naek di atas stasiun bus.”
Setelah mendapat petunjuk dari petugas bank tersebut. Gue
menuju ke stasiun bus, yang tempatnya tidak jauh dari bandara. Dan disana gue
ketemu petugas bus yang sabar banget. Kan gue nannya. Sir, bus ini stop dimana?
“Oh,stop di stasiun bus terdekat. Setelah itu akan dijemput dengan tuk-tuk.”
Gue bingung apa itu tuk-tuk. Trus tuh petugas ngejelasin. “tuk-tuk itu, mobil jemputan.
Sekali jalan langsung wuzz wuzz…” gue tambah bingung. Tapi darepada gue
dikatain bego sama tuh orang. Mending gue. Bilang “ok,terima kasih.”(bahasa di
atas dah gue translate ke bahasa Indonesia yang baik dan benar. Muahhahah.)
Nah, sesampainya di kuala lumpur. Gue menginap di salah
satu hotel di china town. Gue milih menginap disana. Karena dekat dengan
stasiun pudu raya. Dan disitu juga banyak tempat makan. Dimana-mana orang jual makanan.
Gue sempat jalan-jalan dan nemenin mami gue check-up di kuala lumpur. Di kuala
lumpur gue menginap satu minggu. Sekalian jalan-jalan keliling kuala lumpur.
Ditemani sepupu gue. Sekalian gue juga mampir ke apartmen tempat sepupu gue
tinggal.
Setelah seminggu di kuala lumpur, gue dan mami gue
berniat membawa hasil check-up mami gue. Ke rumah sakit di malaka. Kami
berangkat melalui stasiun bus pudu raya. Disana gue dan mami gue kebingungan
untuk nyari bus. Yang menuju ke malaka. Dan untungnya ada om-om yang bisa gue
tanyai. Om, kalau mau ke malaka itu, naik bus apa ya. Kata om itu “oh, mari
saya antar.” Dalam pikiran gue “baik bener nih om-om.” Setelah gue di anterin
di loket pembelian tiket. Gue berterima kasih sama om tersebut. “makasih ya om.” Tapi tiba-tiba tuh om-om bilang
“permisi, minta uang untuk beli minum sedikit.” Dalam hati gue “buset, ternyata
ada udang di balik peyek.” Dan akhirnya gue tetap rela memberikan uang 5
ringgit malaysia.
Sesampainya di Negara bagian malaka, gue mencari hotel
yang murah. Dan dekat dengan rumah sakit. Setelah berkeliling sekitar dua puluh
menit. Gue ketemu hotel yang murah. Dan dekat dengan rumah sakit tempat mami
gue mau di oprasi. Gue bersyukur dah bisa ketemu hotel disana.
Malamya, gue pergi cari makan sendirian. Nah, gue lupa
ngak bawa security key. Untuk ngebuka pintu antara ruang menginap di hotel,
Dengan tangga masuk. Setelah gue makan kenyang. Dan hendak masuk ke dalam
hotel. Gue panik, aduh gue lupa ngebawa security keynya. nah, untuk membuka
pintu tersebut, Ada dua cara. Yang pertama, menggunakan security key yang di arahkan
ke sensor, Yang kedua menggunakan tombol yang ada di dalam. Lama gue berpikir
di didepan pintu itu. Bahkan roti yang ada di tangan gue, Udah gue lempar
ke-arah tombol yang ada di balik pintu
besi tersebut. Tetep ngak mau terbuka. Gue gedor-gedor pintu security Eh, ngak ada orang di dalam. Baru kali pertama gue merasakan terkunci di depan
hotel, Dan ngak ada yang nolongin.
Terpaksa gue triak “any body home…” ngak ada
yang ngejawab. Gue berpikir, mungkin dengan cara berteriak. Ada yang turun dan
mau ngebukain gue pintu besi itu. Ternyata ngak ada yang turun. Gue keliling
sudut-sudut hotel, untuk nyari besi panjang. Supaya bisa untuk mukul tuh
tombol. Biar pintunya terbuka. Ternyata ngak ada. Harapan terakhir gue, tinggal
triak ke mami gue. Gue triak “mami, bukain Welly pintu, Welly lupa bawa
security key-nya.” Selang waktu sepuluh menit. Mami gue turun dari lantai tiga.
Dan ngebukain pintu buat gue. Mungkin filling seorang ibu, lebih kuat dari
suara triakan gue Setelah hari itu, gue ngak pernah lupa lagi bawa security
key.
Gue dan mami gue, di malaka selama satu minggu. Selesai
oprasi, siangnya kami langsung bertolak ke kuala lumpur. Dan sorenya kami
langsung ke bandara. Dan balik ke
Surabaya. Dan gue sadar. Mungkin belum waktunya gue ke luar negri dengan
tenang. *kayaknya gue mesti banyak-banyak berdoa buat ngilangin keapesan gue.*